Jakarta – Proyek Hijaunesia 2023, sebuah inisiatif ambisius dari PT PLN Indonesia Power (PLN IP), telah memasuki tahap krusial dengan dimulainya pembangunan lima Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas total 500 megawatt (MW). Proyek ini tidak hanya menjadi tonggak penting dalam upaya PLN IP untuk mencapai target pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 2,78 GW hingga tahun 2028, tetapi juga menjadi bukti nyata komitmen perusahaan dalam mendukung transisi energi nasional menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Kehadiran PLTS ini akan memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat ketahanan energi nasional, terutama di tengah meningkatnya permintaan listrik dan kebutuhan akan sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan potensi energi surya yang melimpah di Indonesia, proyek ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan menurunkan emisi karbon hingga 2 juta ton.
Proses pembangunan PLTS ini telah menarik minat yang sangat tinggi dari berbagai perusahaan energi terkemuka, baik dari dalam maupun luar negeri. Saat ini, proses tender telah memasuki tahap evaluasi setelah 33 peserta berhasil melewati tahap request for quotation (RFQ).
PLN IP berkomitmen untuk memilih mitra yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis dan finansial yang kuat, tetapi juga memiliki komitmen yang sama dalam mendukung penggunaan komponen dalam negeri (TKDN) sesuai dengan regulasi yang berlaku. Hal ini sejalan dengan upaya PLN IP untuk mendorong pertumbuhan industri nasional dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.
Proyek Hijaunesia 2023 merupakan bukti nyata bahwa PLN IP tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas pembangkitan, tetapi juga berperan aktif dalam mendorong inovasi dan pengembangan teknologi energi terbarukan. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, PLN IP, dan para mitra strategis, proyek ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi percepatan transisi energi di Indonesia.